Saturday 7 January 2017

ARRIVAL (2016)

Sekadar peringatan bagi yang menyukai film dengan ritme cepat dan alur yang tak rumit, film Arrival (2016) ini jangan ditonton, he..he..

Adalah Louise Bank (Amy Adams), seorang ahli bahasa yang diperintah dan dijemput oleh Kolonel GT Weber (Forest Whitaker) perwira militer US untuk bergabung dengan team ke kamp militer di Montana. Bergabung juga disana seorang pakar fisika matematika, Ian Donnelly (Jeremy Ranner). Ternyata, di dekat kamp militer telah bertengger sebuah pesawat ruang angkasa berbentuk seperti tempurung, yang bukan milik manusia. Ada 12 pasang spacecraft yang tersebar di seluruh bumi. Hal ini menimbulkan prasangka dan kekacauan, takut kalau-kalau mahluk luar angkasa hendak menyerang bumi.

Kendala bahasa membuat kedua mahluk tak bisa berkomunikasi. Untuk itulah Louise dan Ian bergabung dalam team. Louise bertanggung jawab untuk menemukan cara agar bisa berkomunikasi. Ia berhasil menemukan komunikasi tulisan via simbol, sedangkan Ian bertugas menemukan pola matematis simbol tersebut. Problem muncul ketika berdialog dan mahluk extraterrestrial tersebut menuliskan kata "menawarkan senjata". Di belahan dunia yang lain, terucap "gunakan senjata". Hal itu makin membuat salah paham antar kedua mahluk, apalagi persepsi negatif manusia ketika didatangi oleh alien, mahluk luar angkasa.

Film ini banyak membahas tentang komunikasi, bagaimana satu kata bisa diinterpretasikan berbeda. Konotasi dan suasana hati pun turut mempengaruhi. Karena itu Louise mensyaratkan pertemuan dengan mahluk tersebut untuk bisa berkomunikasi. Ini seperti mengingatkan kita agar tetap berkomunikasi langsung alih-alih menggunakan media sosial yang minim interaksi fisik.

Lalu, bagaimana? Akan terjadi pertempuran ala Star Wars atau genre fiksi ilmiah ini mengikuti kisah Coccoon. E.T., atau film alien sejenis yang lebih ramah? Silakan disimak, ya...

Alur cerita berjalan lambat, berkilas balik ke masa ketika Louise berdialog bersama anak perempuannya yang meninggal karena kanker. Dialog-dialog ini membuka cakrawala Louise tentang diri dan kemampuannya sehingga mampu menemukan cara berdialog dengan mahluk alien tersebut. Meskipun lambat, penonton tetap 'dipaksa' duduk untuk mengetahui akhir kisah. Bentuk pesawat yang seperti tempurung tegak dengan ruang kosong yang anti gravitasi dan dinding kaca tempat berdialog merupakan ide yang orisinal. Menarik untuk disimak.

Meskipun karakter tokoh-tokohnya tidak ada yang luar biasa, penampilan Amy Adams yang seolah-olah menyimpan trauma kehilangan putrinya mampu memberi warna film dan membuat penonton penasaran. Jeremy Ranner sebagai pakar dan Forest Whitaker sebagai perwira US terkesan hanya sebagai pelengkap. 

Film ini membawa pesan tentang persatuan dan perdamaian antar bangsa dan umat manusia, juga alam semesta. Ada beberapa pesan filosofis tentang awal dan akhir (meski nonton lagi nih biar lebih paham, he..he..). Entah dengan penonton lain, di akhir film ketika bernarasi tentang awal dan akhir, saya bergumam: " Lho, kok!"

Sekali lagi, bagi yang menyukai alur yang linier dan cepat, film ini bukan tontonan yang mampu menghibur.



~ elha score: 7/10

No comments:

Post a Comment