Wednesday 23 May 2018

DUM LAGA KE HAISHA (2015)

Dalam versi Internasional berjudul My Big Fat Bride, sebuah film komedi romantic berkisah tentang Prem Prakash Tiwari (Ayushmann Khurrana) dan Sandhya (Bhumi Pednekar). Prem yang drop out dari SMA karena tidak lulus bahasa Inggris bekerja di toko kaset konvensional milik ayahnya. Sang ayah yang kesal dan geram ingin menikahkan sang anak dengan seorang putri yang berpenghasilan agar dapat meringankan beban keluarga. 

Atas informasi dari pendeta di kuil, keluarga Prem dipertemukan dengan keluarga Sandhya. Alih-alih hendak menikah dengan wanita dambaannya yang berpenampilan seperti Juhi Cawla, Prem justru dijodohkan dengan wanita yang gemuk. Namun, karena tak punya kuasa, ia hanya menuruti kemauan orang tua. 

Karena perbedaan frame of reference (FOR) dan frame of experience (FOE), pernikahan tersebut tidak mudah. Keluarga Sandhya yang berpendidikan berbeda pandangan dengan keluarga Prem yang seperti selalu tertiban kesialan. Sandhya yang lebih berpendidikan pun dipandang tidak hormat kepada orang tua dan keluarga Prem - bahan kepada ibuya sendiri - karena selalu berargumentasi. Dan akhirnya konflik memuncak ketika Prem dan Sandhya menghadiri pernikahan. Prem yang terlalu banyak minum dan mabuk, menceritkan uneg-unegnya tentang pernikahan tanpa cinta yang merendahkan Sandhya di depan teman-temannya. Sandhya yang juga mendengar hinaan itu pun jadi emosi, dan menampar Prem. Sandhya memutuskan untuk kembali pulang ke rumah orang tuanya dan mengajukan permohonan cerai.

Di pengadilan, sang Hakim memutuskan untuk memberi kesempatan kedua pasangan tersebut untuk tinggal bersama selama 6 bulan. Jika masih tidak ada solusi dan titik temu, keputusan cerai akan disahkan. Keduanya pun tinggal bersama lagi. Justru ketika pernikahan di ujung tanduk, mereka malah bisa saling mengisi dan mencurahkan perasaan masing-masing. Ketika ada perlombaan menggendong dengan hadiah uang yang bisa digunakan untuk modal toko kaset, kedua pasangan tersebut saling membantu.

Seringkali, persoalan dalam pernikahan dapat mudah diselesaikan dengan saling menghormati dan berkomunikasi...bukan sekedar saling bicara.

Film ini memiliki alur yang sederhana namun dengan pesan yang kuat tentang kehidupan keluarga dan pernikahan. Konflik pun mengalir seperti hal biasa dalam pernikahan dan pemecahannya pun wajar. Pednekar bermain bagus dalam debut filmnya ini. Bahkan ia mesti menaikkan berat badan sebesar 30 kg untuk peran Sandhya. Pantas bila ia menerima penghargaan sebagai aktris terbaik dalam film perdana. Kehadiran Kumar Sanu, penyanyi top India, sebagai cameo juga menambah warna film ini.

Silakan ditonton dan dinikmati... 

~ elha score: 7.5/10

Monday 14 May 2018

HICHKI (2018)

Adalah Naina Mathur (Rani Mukherjee), seorang lulusan MSc dan Phd. di bidang pendidikan. Ia menderita sindrome Tourette, suatu gejala kelainan syaraf yang menyebabkannya kesulitan mengontrol semacam cegukan. Semakin emosi perasaannya, semakin sering cegukan terjadi. Di masa kecil, hal itu menyebabkan ia dikeluarkan dari sekolah sebanyak 18 kali. Sang ibu menolak memasukkan Naina kecil ke sekolah khusus karena beranggapan ia adalah anak normal dan akan dimasukkan ke sekolah normal dan mendapat perlakuan sama seperti anak lainnya. Sampai seorang kepala sekolah di St. Notker's School menerimanya dan memperlakukannya sama dengan siswa lain.

Ketika sudah besar dan lulus, terinspirasi dari sang kepala sekolah yang menerimanya, Naina bercita-cita menjadi seorang guru. Sayang, karena 'keanehannya' tersebut ia beberapa kali ditolak. Ketika almamaternya, St. Notker's School, membutuhkan guru pengganti sementara, ia pun mengajukan proposal. Sebenarnya ini adalah proposal kelima kali yang ia ajukan ke sekolah tersebut. Ia pun diterima.....untuk menangani anak-anak kelas 9F (F = Failed) yang dipimpin oleh Aatish (Harsh Mayar). Kelas ini berisi murid-murid dari perkampungan kumuh yang diterima di sekolah elite tersebut karena peraturan kuota dari pemerintah dalam Program Wajib Belajar. Mereka anak-anak berandal dan tak tahu aturan. Dalam enam bulan terakhir sudah ada 7 wali kelas untuk menangani kelas tersebut, namun tak sanggup menangani anak-anak tersebut.

Naina menerima tantangan tersebut.

Film ini diadaptasi dari film TV Front of the Class, kisah tentang Brad Cohen. Berkisah tentang perjuangan seorang guru dengan keterbatasan wicaranya dan tantangan internal sekolah. Selintas kita akan teringat pada seorang guru dengan film Laskr Pelangi (2008), ibu Muslimah (Cut Mini Theo). Pada sebuah adegan ketika Naina mengunjungi rumah orang tua para murid untuk menyelami keadaan dan kondisi keluarga mereka yang mengingatkan pada adegan film Little Big Master (2015). Film-film tentang guru semacam ini memang mengharukan sekaligus menginspirasi.

Rani Mukherjee yang muncul lagi setelah lama vakum bermain bagus. Ia mewarnai film tersebut dengan karakter kuatnya. Sepanjang film, Rani mesti 'cegukan' dan ia melakukannya dengan baik. Ia juga berperan sabar untuk dapat mengambil hati anak-anak berandal tersebut dengan cara mengajar yang berbeda dan interaktif agar mereka lebih mudah memahami. Cara mengajar yang seperti bermain ini membuat salah seorang guru protes karena tidak sesuai sillabus. Namun seorang murid perempuan, Natasha (Jannat Zubair Rahmani) dari kelompok kelas paling pintar, 9A, berucap ketika menyanggah temannya saat melihat kelompok itu belajar di lapangan olah raga:

"...mereka mungkin aneh, tapi mereka belajar dengan bersenang-senang..."

Film ini direkomendasikan untuk ditonton oleh keluarga. Banyak pesan positif yang disampaikan, diantaranya pantang menyerah untuk mencapai tujuan dan cita-cita, memahami karakter tiap anak dan bakatnya untuk memberi pengajaran yang sesuai, saling support, dsb.

Di akhir film - flash back ke depan - Naina yang telah menjadi Kepala Sekolah St. Natker's School mengakhiri masa jabatannya (pensiun) dan disambut oleh mantan murid-murid 'berandalnya' yang sekarang sudah jadi orang. Moment ini sangat mengharukan.

Silakan ditonton ya...  

~ elha score: 8/10