Sunday 25 September 2016

ONE DAY (2016)

Ini film Thailand bergenre romantis pertama yang kami lihat. Biasanya sih lihat iklan-iklan produk yang mengesankan.

Film ini diawali dengan pengenalan karakter Denchai (Chantavit 'Ter' Dhanasevi), seorang karyawan IT perusahaan makanan yang pemalu, introvert, menganggap dirinya tak ada sehingga orang-orang pun menganggapnya demikian. Ia merasa orang-orang baru mengenalnya ketika membutuhkan bantuannya untuk memperbaiki komputer. Bahkan dalam suatu adegan pesta kostum, ia digambarkan memakai kostum batu bata agar tampak menyatu dengan dinding. Makin kuatlah karakternya sebagai nobody.  

Suatu hari seorang karyawan marketing baru, Nui (Nittha 'Mew' Jirayungyurn) membutuhkan bantuan Denchai karena PC-nya ngadat untuk mencetak dokumen. Pertemuan itu rupanya amat membekas pada Denchai yang langsung menyukai Nui. Sayangnya, Denchai hanya berani melihat dan menguntit saja, tak mampu mengutarakan. Ia mengetahui apa yang disukai Nui, tentang makanan, musik, kenapa dia selalu datang terlambat, keinginannya menyaksikan Festival Salju di Sapporo, juga tahu kalau si Nui sedang didekati oleh sang Boss dan menjadi kekasihnya.

Dalam suatu perjalanan tamasya kantor, Nui mengalami kecelakaan yang mengakibatkan ia mengalami TGA (Transient Global Amnesia), suatu gangguan daya ingat yang tak mampu mengingat peristiwa yang baru saja terjadi. Setelah diperiksa oleh dokter, Nui hanya akan kehilangan memorinya selama 1 hari, dan esok harinya ia tak akan mengingat lagi apapun peristiwa yang terjadi hari ini. Hal ini dimanfaatkan oleh Denchai untuk berpura-pura menjadi kekasih Nui sebelum berganti hari.

Akankah penyamaran Denchai terbongkar? Bagaimana dengan sang Boss, kekasih Nui? Bagaimana ending cerita? Hmm...silakan ditonton ya. Film menawarkan plot yang membuat penonton penasaran, geli, sedih juga romantis. Yang pasti ending ceritanya mengejutkan. Beberapa alur cerita dibuat flasback untuk menjawab pertanyaan penonton tentang suatu adegan, sehingga penonton pun dibuat mengerti dan bergumam: "O..begitu rupanya!"

Film tentang kehilangan memori banyak diangkat sebagai tema film. Jab Tak Hai Jaan (2012), Before I Go to Sleep (2014), bahkan Finding Dori (2016) adalah diantaranya. Film One Day mengangkat tema yang sama namun dikisahkan dengan berbeda. Karakter Denchai diperankan dengan bagus oleh Ter Chantavit. Sebagai pemula di layar lebar peran Nui juga dimainkan sempurna oleh Mew Nittha.

Film ini juga memberi pesan tentang kejujuran, pengorbanan dan harga diri.  

Oke deh, silakan dinikmati, Sepertinya film ini hanya diputar di CGV Blitz. Jadi, kalau sudah tidak tayang, mungkin bisa ditonton melalui VCD.  


~elha score: 7.5/10
     

Thursday 22 September 2016

THE MAGNIFICENT SEVEN (2016)

Film ini merupakan remake film dengan judul yang sama direlease tahun 1960 dibintangi oleh Steve Mc Queen dan Charles Bronson. Film itu sendiri merupakan adaptasi dari Seven Samurai karya Akira Kurosawa. The Magnificent Seven versi 2016 ini dibintangi oleh Denzel Washington. Ini film bertema Western pertama bagi Denzel.

Film dibuka dengan adegan ketakutan penduduk kota Rose Creek terhadap pemilik modal Bartholomew Bogue (Peter Sarsgaard) yang memiliki usaha tambang emas di lembah dan ingin menguasai kota dengan merebut tanah penduduk. Bogue menyuap sheriff dan memiliki pasukan bersenjata untuk membantu memenuhi keserakahannya. Orang yang menentangnya tak segan-segan dihabisi di depan keluarganya.

Di tengah-tengah ketakutan, seorang wanita, Emma Cullen (Haley Bennett) yang kehilangan suaminya berniat menuntut balas dan menyewa seorang bintara Federal, Sam Chisolm (Denzel Washington). Mempunyai tujuan sendiri, sang bounty hunter pun menyetujui tawaran Emma dan merekrut orang-orang untuk membantunya. Maka, terbentuklah 'Tujuh Yang Luar Biasa' yang terdiri dari berbagai karakter. Ada penjudi, penembak jitu jebolan pasukan Konfederasi, pencari jejak, buronan dari Mexico, ahli pisau dari China, dan seorang Indian Comanche. 

Seperti biasa, Denzel bermain prima di film ini. Gaya di akhir film mengingatkan pada adegan di film The Equalizer (2014) yang juga dibintanginya. Karakter lain pun dimainkan dengan bagus, termasuk ketika si penembak jitu Goodnight Robicheaux (Ethan Hawke) harus mengatasi traumanya. Sayangnya, keindahan alam Western kurang tereksploitasi. Tapi, adegan menembak cepat bolehlah jadi suguhan menghibur.

Bagaimana mereka mengatasi si Bogue dengan pasukan bersenjatanya yang dilengkapi dengan 'Nafas Iblis' sebuah alat pembunuh? Silakan ditonton ya...terutama bagi penggemar genre western.


~ elha score: = 7/10

Wednesday 14 September 2016

SULLY (2016)

Sebagian idenya mirip film Flight (2012) yang dibintangi Denzel Washington. Tapi itu kisah fiktif, sedangkan Sully (2016) berdasarkan kisah nyata Capt. Chesley 'Sully' Sullenberger.

Dikisahkan karena tubrukan dengan sekelompok besar burung, pesawat US Airways Flight 1549 mengalami mati pada kedua mesinnya. Pesawat yang hendak lepas landas dari LaGuardia Airport NewYork menuju Charlotte Internaional Airport terpaksa harus mendarat darurat. Setelah berkoordinasi dengan menara kontrol, Capt. Sully (Tom Hanks) dihadapkan pada beberapa pilihan: kembali ke LaGuardia atau mendarat di bandara Teterboro. Tapi, dia memilih mendaratkan pesawatnya di sungai Hudson dengan beberapa pertimbangan.

Keputusan ini berhasil. Ia mendaratkan pesawatnya tanpa insiden dan semua penumpang dan crew selamat. Aksi tolong-menolong diantara penumpang, crew pesawat, dan regu penyelamat terekam dengan baik. Mereka harus segera dievakuasi karena udara yang dingin pada saat itu.

Dibalik keberhasilannya dan disanjung sebagai pahlawan, Sully juga mengalamai depresi. Dia harus mempertanggungjawabkan keputusannya memilih alternatif mendaratkan pesawat di sungai - hal yang belum pernah dilakukan dengan aman dan selamat - ketimbang berbalik ke LaGuardia atau Teterboro. Tuduhannya adalah membahayakan/mempertaruhkan jiwa penumpang. Apalagi simulasi yang dilakukan oleh Komiet nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)-nya USA - dengan pertimbangan bahan bakar, jarak tempuh, ketinggian dan kondisi angin dan temperatur yang sama, menunjukkan bahawa pilihan kembali ke LaGuardia atau ke bandara Teterboro bisa dan lebih aman dilakukan.

Lalu bagaimana  nasib si Sully? Silakan ditonton dan dinikmati...

Film ini - seperti film Tom Hanks sebelumnya, Bridge of Spies (2015), lebih banyak mentitikberatkan pada kualitas dialog dan peran. Tom Hanks mampu melakukan keduanya dengan sangat baik, membuat penonton juga ikut mengalami rasa depresi dan ketegangan. Juga kelegaan dan kegembiraan. Jadi kalau lebih suka action, film ini bukan pilihan....:)


~ elha score : 8.5/10