Monday, 17 October 2016

THE ACCOUNTANT (2016)

"...lanjutkan saja, tidak apa-apa".Kalimat itu benar-benar ada di dalam film saat adegan Christian Wolff (Ben Affleck) kecil berlatih beladiri di suatu tempat di Indonesia. Diceritakan dia bersama adik dan ayahnya berpindah-pindah tempat tinggal karena ayahnya yang seorang tentara. Tentu saja, ini menjadi kejutan bagi penonton, Bangga dong! 

Jangan dibayangkan film ini penuh dengan angka dan perhitungan ala akuntansi, justru film diawali dengan rententan bunyi pistol dan tergeletaknya korban. Adegan pun berlanjut ke masa kecil Wolff yang sedang berada - bersama kedua orang tua dan adiknya Braxton (John Brenthal), di ruang konsultasi dokter. Wolff kecil didiagnosa menderita autis asperger dan terobsesi menyelesaikan pekerjaan atau aktifitas yang dimulainya. Di scene itu, dia terobesisi menyelesaikan sebuah puzzle. Ia juga menyukai matematika dan ketika dewasa berprofesi menjadi akuntan forensik, yang berhubungan dengan pencucian uang milik organisasi-organisasi berbahaya.

Keterlibatannya dengan organisasi-organisasi tersebut membuatnya diburu oleh Treasury Agent dari Departemen Keuangan.

Ketika sedang mengaudit sebuah perusahaan robotic, ia dan seorang junior akuntan, Dana Cummings (Anna Kendrick) menemukan aliran uang yang tidak semestinya, yang membuatnya diiburu oleh sebuah kelompok yang tidak menginginkan kecurangan itu terekspose. Hal ini membuat Wolff membuka 'topeng' dan turun tangan untuk menyelamatkan Dana.

Plot film ini sangat menarik, menawarkan sebuah kejutan di akhir film (meskipun penonton bisa bisa menebaknya jika jeli). Beberapa adegan flashback ke masa kecil Wolff untuk memperkenalkan latar belakang dan karakter. Adegan di suatu tempat di Indonesia termasuk di bagian ini.

Ben Affleck cukup mampu berperan sebagai seorang yang penyendiri yang menyembunyikan jati diri. Hal ini mengingatkan karakter Denzel di film Equalizer (2014). Memang sih, saat menonton ini mau tidak mau teringat pada film tersebut. Anna Kendrick bermain biasa saja sebagai pendamping Ben Affleck. Perannya mengingatkan pada Teri (Cloe Grace Moretz) di The Equalizer. J.K. Simmons yang berperan sebagai Ray King, Treasury Agent, bermain bagus dan berkarakter seperti saat ia bermain di Wiplash (2014).

Bagi yang suka dengan genre action dan thriller, film ini jangan sampai terlewatkan. Nikmati saja dan anda akan terpuaskan.

Sipp!

~ elha score: 8/10

Thursday, 13 October 2016

INFERNO (2016)

Inferno adalah bagian dari puisi epik Dante Alighieri, Divine Comedy (1308 M), berkisah tentang perjalanannya ke neraka. Bagian puisi itu menjadi inspirasi Dan Brown dalam novelnya dan Ron Howard yang memvisualisasikannya dalam bentuk film.

Bermula dari potongan-potongan video Bertrand Zobrist (Ben Foster), seorang yang berkeyakinan populasi dunia terlalu padat membawa banyak masalah dan bencana. Dan dia memiliki 'solusi'-nya. Tapi, solusinya pun mengancam keberadaan manusia, sehingga ia pun diburu oleh kelompok yang pro untuk mewujudkan niatnya maupun oleh kelompok yang kontra dan ingin menggagalkannya. Semuanya dengan dalih kemanusiaan

Rahasia itu menjadi misteri ketika Zobrist 'terbunuh', namun ia memberikan petunjuk berupa simbol-simbol dan kode yang menuntun ke lokasi tempat ia menyimpan rahasianya. Nah, disini Prof. Langdon (Tom Hanks), sebagai ahli fiksi simbologi, berperan. Dia dibantu oleh Dr. Sienna Brooks (Felicity Jones) untuk mengungkapkan misteri itu.

Akankah kali ini dia berhasil?

Dibandingkan dengan dua sekuel sebelumnya, kemisteriusan Inferno kurang mencekam. Juga, tidak kontoversial. Penonton tidak merasa terlibat untuk memecahkan simbol dan kode yang pun tidak banyak tersebar di sepanjang film.  Namun, alur cerita menolong plot film ini. Penonton akan dikejutkan di akhir cerita tentang siapa kawan siapa lawan. Dan seperti biasa Tom Hanks selalu bermain prima dalam setiap film yang dilakoninya.

Secara keseluruhan, film ini lumayan bagus, teapi jika berharap menyaksikan kemisteriusan seperti dua sekuel sebelumnya, film ini masih dibawah keduanya. Buat hiburan sih tetap okay...:)


~elha score: 7/10



 

Sunday, 25 September 2016

ONE DAY (2016)

Ini film Thailand bergenre romantis pertama yang kami lihat. Biasanya sih lihat iklan-iklan produk yang mengesankan.

Film ini diawali dengan pengenalan karakter Denchai (Chantavit 'Ter' Dhanasevi), seorang karyawan IT perusahaan makanan yang pemalu, introvert, menganggap dirinya tak ada sehingga orang-orang pun menganggapnya demikian. Ia merasa orang-orang baru mengenalnya ketika membutuhkan bantuannya untuk memperbaiki komputer. Bahkan dalam suatu adegan pesta kostum, ia digambarkan memakai kostum batu bata agar tampak menyatu dengan dinding. Makin kuatlah karakternya sebagai nobody.  

Suatu hari seorang karyawan marketing baru, Nui (Nittha 'Mew' Jirayungyurn) membutuhkan bantuan Denchai karena PC-nya ngadat untuk mencetak dokumen. Pertemuan itu rupanya amat membekas pada Denchai yang langsung menyukai Nui. Sayangnya, Denchai hanya berani melihat dan menguntit saja, tak mampu mengutarakan. Ia mengetahui apa yang disukai Nui, tentang makanan, musik, kenapa dia selalu datang terlambat, keinginannya menyaksikan Festival Salju di Sapporo, juga tahu kalau si Nui sedang didekati oleh sang Boss dan menjadi kekasihnya.

Dalam suatu perjalanan tamasya kantor, Nui mengalami kecelakaan yang mengakibatkan ia mengalami TGA (Transient Global Amnesia), suatu gangguan daya ingat yang tak mampu mengingat peristiwa yang baru saja terjadi. Setelah diperiksa oleh dokter, Nui hanya akan kehilangan memorinya selama 1 hari, dan esok harinya ia tak akan mengingat lagi apapun peristiwa yang terjadi hari ini. Hal ini dimanfaatkan oleh Denchai untuk berpura-pura menjadi kekasih Nui sebelum berganti hari.

Akankah penyamaran Denchai terbongkar? Bagaimana dengan sang Boss, kekasih Nui? Bagaimana ending cerita? Hmm...silakan ditonton ya. Film menawarkan plot yang membuat penonton penasaran, geli, sedih juga romantis. Yang pasti ending ceritanya mengejutkan. Beberapa alur cerita dibuat flasback untuk menjawab pertanyaan penonton tentang suatu adegan, sehingga penonton pun dibuat mengerti dan bergumam: "O..begitu rupanya!"

Film tentang kehilangan memori banyak diangkat sebagai tema film. Jab Tak Hai Jaan (2012), Before I Go to Sleep (2014), bahkan Finding Dori (2016) adalah diantaranya. Film One Day mengangkat tema yang sama namun dikisahkan dengan berbeda. Karakter Denchai diperankan dengan bagus oleh Ter Chantavit. Sebagai pemula di layar lebar peran Nui juga dimainkan sempurna oleh Mew Nittha.

Film ini juga memberi pesan tentang kejujuran, pengorbanan dan harga diri.  

Oke deh, silakan dinikmati, Sepertinya film ini hanya diputar di CGV Blitz. Jadi, kalau sudah tidak tayang, mungkin bisa ditonton melalui VCD.  


~elha score: 7.5/10
     

Thursday, 22 September 2016

THE MAGNIFICENT SEVEN (2016)

Film ini merupakan remake film dengan judul yang sama direlease tahun 1960 dibintangi oleh Steve Mc Queen dan Charles Bronson. Film itu sendiri merupakan adaptasi dari Seven Samurai karya Akira Kurosawa. The Magnificent Seven versi 2016 ini dibintangi oleh Denzel Washington. Ini film bertema Western pertama bagi Denzel.

Film dibuka dengan adegan ketakutan penduduk kota Rose Creek terhadap pemilik modal Bartholomew Bogue (Peter Sarsgaard) yang memiliki usaha tambang emas di lembah dan ingin menguasai kota dengan merebut tanah penduduk. Bogue menyuap sheriff dan memiliki pasukan bersenjata untuk membantu memenuhi keserakahannya. Orang yang menentangnya tak segan-segan dihabisi di depan keluarganya.

Di tengah-tengah ketakutan, seorang wanita, Emma Cullen (Haley Bennett) yang kehilangan suaminya berniat menuntut balas dan menyewa seorang bintara Federal, Sam Chisolm (Denzel Washington). Mempunyai tujuan sendiri, sang bounty hunter pun menyetujui tawaran Emma dan merekrut orang-orang untuk membantunya. Maka, terbentuklah 'Tujuh Yang Luar Biasa' yang terdiri dari berbagai karakter. Ada penjudi, penembak jitu jebolan pasukan Konfederasi, pencari jejak, buronan dari Mexico, ahli pisau dari China, dan seorang Indian Comanche. 

Seperti biasa, Denzel bermain prima di film ini. Gaya di akhir film mengingatkan pada adegan di film The Equalizer (2014) yang juga dibintanginya. Karakter lain pun dimainkan dengan bagus, termasuk ketika si penembak jitu Goodnight Robicheaux (Ethan Hawke) harus mengatasi traumanya. Sayangnya, keindahan alam Western kurang tereksploitasi. Tapi, adegan menembak cepat bolehlah jadi suguhan menghibur.

Bagaimana mereka mengatasi si Bogue dengan pasukan bersenjatanya yang dilengkapi dengan 'Nafas Iblis' sebuah alat pembunuh? Silakan ditonton ya...terutama bagi penggemar genre western.


~ elha score: = 7/10

Wednesday, 14 September 2016

SULLY (2016)

Sebagian idenya mirip film Flight (2012) yang dibintangi Denzel Washington. Tapi itu kisah fiktif, sedangkan Sully (2016) berdasarkan kisah nyata Capt. Chesley 'Sully' Sullenberger.

Dikisahkan karena tubrukan dengan sekelompok besar burung, pesawat US Airways Flight 1549 mengalami mati pada kedua mesinnya. Pesawat yang hendak lepas landas dari LaGuardia Airport NewYork menuju Charlotte Internaional Airport terpaksa harus mendarat darurat. Setelah berkoordinasi dengan menara kontrol, Capt. Sully (Tom Hanks) dihadapkan pada beberapa pilihan: kembali ke LaGuardia atau mendarat di bandara Teterboro. Tapi, dia memilih mendaratkan pesawatnya di sungai Hudson dengan beberapa pertimbangan.

Keputusan ini berhasil. Ia mendaratkan pesawatnya tanpa insiden dan semua penumpang dan crew selamat. Aksi tolong-menolong diantara penumpang, crew pesawat, dan regu penyelamat terekam dengan baik. Mereka harus segera dievakuasi karena udara yang dingin pada saat itu.

Dibalik keberhasilannya dan disanjung sebagai pahlawan, Sully juga mengalamai depresi. Dia harus mempertanggungjawabkan keputusannya memilih alternatif mendaratkan pesawat di sungai - hal yang belum pernah dilakukan dengan aman dan selamat - ketimbang berbalik ke LaGuardia atau Teterboro. Tuduhannya adalah membahayakan/mempertaruhkan jiwa penumpang. Apalagi simulasi yang dilakukan oleh Komiet nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)-nya USA - dengan pertimbangan bahan bakar, jarak tempuh, ketinggian dan kondisi angin dan temperatur yang sama, menunjukkan bahawa pilihan kembali ke LaGuardia atau ke bandara Teterboro bisa dan lebih aman dilakukan.

Lalu bagaimana  nasib si Sully? Silakan ditonton dan dinikmati...

Film ini - seperti film Tom Hanks sebelumnya, Bridge of Spies (2015), lebih banyak mentitikberatkan pada kualitas dialog dan peran. Tom Hanks mampu melakukan keduanya dengan sangat baik, membuat penonton juga ikut mengalami rasa depresi dan ketegangan. Juga kelegaan dan kegembiraan. Jadi kalau lebih suka action, film ini bukan pilihan....:)


~ elha score : 8.5/10

Wednesday, 17 August 2016

TIGA DARA (2016, RESTORASI 4K)

Ini adalah film jadul yang direlease tahun 1956  karya sutradara terkenal masa itu, Usmar Ismail. Film ini direstorasi dengan format resolusi tinggi 4K yang memakan waktu sekitar 17 bulan pengerjaan. Film Tiga Dara merupakan salah satu project restorasi film-film klasik.

Terasa aneh saat pertama kali melihat trailer film ini. Maklum saja, di tengah-tengah film-film aksi dengan sound dan special effects yang bagus, hadir sebuah film drama bernuansa hitam putih dengan alur linear dan tata suara yang menurut ukuran sekarang biasa saja. Namun, film ini ternyata membuat penasaran untuk ditonton. Ketika menonton di BXc Bintaro, penonton bertepuk tangan tanda apresiasi terhadap film ini. Artinya memuaskan mereka.

Kecuali adegan aksi, film ini lengkap. Ada konflik, musik, lagu, dan tari. Serasa melihat film India.  Berkisah tentang tiga dara, Nunung (Chitra Dewi), Nana (Mieke Wijaya), dan Neni (Indriati Iskak). Mereka tinggal dengan ayah mereka, Sukandar (Hasan Sanusi), dan nenek (Fifi Young). Film dibuka dengan perayaan ulang tahun ke-29 Nunung, si anak pertama. Alih-alih membuat sang nenek bahagia, hari itu mengingatkan sang nenek pada usia cucunya yang dirasa harus segera lekas menikah. Maka, cerita pun bergulir tentang menemukan calon pendamping untuk si Nunung. Berbeda dengan adik-adiknya, Nunung berkarakter kurang pergaulan dan pemarah, sehingga laki-laki enggan mendekatinya.

Namun, sebuah peristiwa kecelakaan lalin membuatnya berkenalan dengan seorang pemuda, yang mulai rutin mengunjunginya di rumah. Ketika benih rasa suka mulai muncul di hati Nunung, sang adik - Nana - 'merebut' si pemuda darinya. Konflik pun terjadi. Bagaimana akhir kisahnya? Kemana cinta tertambat? Silakan ditonton ya...

Meski beralur linear film ini mampu membuat penonton penasaran menyaksikan hingga akhir film. Beberapa scene diselipkan komedi tentang kehidupan pemuda-pemudi masa lalu. Beberapa lagu dirasa perlu untuk mengekspresikan perasaan. Karakter tiga dara mampu diperankan dengan baik oleh pemeran. Nunung yang pasrah, kurang bergaul, dan pemarah. Nana yang modern-style, supel, dan agresif. Dan si bungsu - Neni - yang ceria, cerdik, dan solutif. Ketiga karakter ini mampu membuat jalinan cerita drama keluarga yang enak dinikmati, seperti klaim film ini: membikin terharu, tertawa, dan terpesona.

Nah, sebelum menonton versi kekiniannya, Ini Kisa Tiga Dara (2016), silakan bernostalgia dengan film klasik restorasi ini. Untuk melihat hasil before & after reatoration film ini, silakan klik link youtube ini:

https://www.youtube.com/watch?v=pNhvuqFNiLw


Sipp!


~ elha score : 8/10 
GT, 17 Agustus 2016 - merdeka!

Wednesday, 10 August 2016

SOLACE (2015)

Anthony Hopkins berperan sebagai Tom Clancy, seorang dokter yang juga memiliki kemampuan cenayang. Kemampuannya ini dimanfaatkan oleh FBI untuk memburu seorang pembunuh berantai. Namun, kali ini lawannya sepadan, atau bahkan lebih mumpuni karena juga memiliki kemampuan penerawangan seperti yang dimiliki Tom Clancy. Bahkan beberapa langkah jauh di depan.

Motif sang pembunuh berantai mengingatkan pada sepenggal kisah tentang perjalanan berguru Nabi Musa kepada Nabi Khidir. Ketika Nabi Musa memprotes Nabi Khidir yang mengakhiri nyawa seorang anak, dan dijawab bahwa anak ini kelak akan membuat susah orangtuanya. Mengakhiri hidupnya lebih 'bermanfaat' untuk dirinya, keluarga, dan bangsanya. Pada film ini, motif itu berganti menjadi mengurangi rasa sakit yang diderita korban.

Tentu saja, di jaman sekarang seoarang yang bertindak sebagai (wakil) Tuhan untuk menentukan hidup-matinya seseorang tanpa pertimbangan keadilan dan peradilan bertentangan dengan hukum. Meskipun sang pembunuh tidak merasa mewakili Tuhan, karena tidak terkesan dengan ciptaan-NYA. Karena itulah, agen Katherine Cowles terus memburu sang pembunuh berantai.
Namun alih-alih memburu, sang agen dan doktor justru dituntun oleh pembunuh berantai untuk menjalankan skenarionya. Bagaimana akhirnya? Silakan ditonton dan dinikmati...

Seperti biasa, Anthony Hopkins berperan watak dengan bagus. Berwajah dingin, menyimpan kenangan masa. Mirip dengan watak Hannibal di Silence of The Lambs (1991) minus kekejaman. Ini menutupi peran Collin Farrel sebagai pembunuh berantai (Charles Ambrose) dan Abbie Cornish sebagai agen Cowles. Beberapa alur cerita dibuat flashback untuk menegaskan motif pembunuh dan rasa keadilan.
Sejak awal film ini dibangun dengan nuansa ketegangan, dengan menampilkan korban yang mati dengan tenang di awal film, meskipun tak banyak darah tertampakkan. Jadi, kalau mau menonton mesti bersiap-siap dengan ketegangan ya...

Sipp!

~elha score: 8/10