Friday 28 September 2018

ARUNA DAN LIDAHNYA (2018)

Dalam film ini Dian Sastro (Aruna) masih berpasangan dengan lawan main legend-nya di AADC 1 & 2 - Nicholas Saputra yang berperan sebagai Bono, namun tidak sebagai pasangan kekasih, hanya sebagai teman dekat. Penjelasan ini ditegaskan sendiri oleh Aruna yang bermonolog di awal kisah. Adegan monolog Aruna ini beberapa kali mewarnai film untuk menjelaskan atau menegaskan beberapa scene, contohnya saat menjelaskan karakter ketiga tokoh: Bono seorang chef berbakat, Nad (Hannah al Rasyid) sebagai penikmat kuliner dan penulis buku, dan Farish (Oka Antara) yang serius dan tertutup.

Adegan monolog ini selain untuk menjelaskan cerita atau menu masakan, juga berfungsi untuk engaged, karena Aruna menghadap ke penonton selama bermonolog. Adegan monolog ini mengingatkan pada film The Big Short (2015) ketika Selena Gomez, Margot Robbie, Anthony Bourdain, dan Ryan Gosling melakukan monolog untuk menjelaskan issue finansial.

Kisah di film ini adalah tentang kuliner dibalut dengan kisah cinta platonik, atau kisah cinta terpendam dengan bumbu cita rasa kuliner. Sutradara Edwin mampu meramu kedua tema termasuk dengan baik dalam bentuk drama komedi.

Film yang diambil dari novel Laksmi Pamuntjak dengan judul sama ini diawali dengan 'mati rasanya' lidah Aruna yang menyukai cita rasa masakan, terutama nasi goreng Mbok Sal. Oleh si Bono, sahabat dekatnya, Aruna disarankan melakukan perjalanan kuliner sambil mencari resep nasi goreng idaman. Bahkan si Bono rela cuti untuk menemaninya. Pucuk dicinta ulam tiba, ketika boss Aruna di tempat kerja menunjuknya untuk melakukan investigasi lapangan tentang wabah flu burung. Investigasi ini memungkinkannya melakukan perjalanan kerja ke kota Surabaya, Pamekasan (Madura), Pontianak, dan Singkawang sekaligus mencicipi kuliner khas kota-kota tersebut. Dalam novel, Laksmi memang mengkisahkan kuliner khas yang menggugah selera dibalut dengan isu flu burung. Kita akan disuguhi gambar dan olahan masakan rawon dari Surabaya, campor lorjuk dari Pamekasan Madura, soto rujak dari Banyuwangi (meski ini dikritik oleh Aruna karena dua-duanya kehilangan rasa khas), mie kepiting dan pai cai dari Singkawang dan Pontianak, dll. Kurang lebih ada 20 jenis masakan sepanjam film ditayangkan.

Bono dan Aruna yang sudah sepakat melakukan perjalanan kerja dan kuliner dikagetkan dengan munculnya Nad dan Farish yang ternyata beririsan dengan dengan keinginan untuk berkuliner dan tugas kerja. Nad sedang merencanakan membuat buku tentang kuliner Indonesia, sedangkan Farish adalah supervisor Aruna yang ditugaskan juga oleh kantor pusat. Bono menyimpan rasa terpendam terhadap Nad yang bersifat bebas dan sedang menjadi 'orang ketiga'. Aruna dan Farish adalah teman sekerja saat di kantor lama One World, dan saling menyimpan rasa cinta namun tak terungkap. Platonik. Maka, berempat mereka berendengan pergi kesana kemari, keliling-liling kota, menikmati kuliner dan menjalankan tugas investigasi. Dialog-dialog diantara mereka sangat perlu dinikmati. Dialog-dialog cerdas tentang kehidupan, keyakinan, cinta, budaya, pandangan hidup sayang untuk dilewatkan.

Sayangnya Aruna masih belum menemukan resep nasi goreng yang mampu mengembalikan cita rasa lidahnya meskipun sudah berkeliling negeri. Resep itu sebenarnya sudah ada di dekatnya. Begitu pun cita rasa lidahnya yang ternyata hanya butuh mengungkapkan apa yang menggerundel di hatinya untuk mengembalikan kemampuan mengecapnya.

Film ini tidak rumit untuk dicerna meski membawa pesan 'berat' tentang korupsi karena di beberapa adegan dibumbui dengan komedi yang menarik, tidak slapstik. Silakan ditonton berdua dengan pasangan untuk meneguhkan kembali cita rasa...cinta atau olahan.

O, ya jika menonton pastikan tidak dalam kondisi sedang lapar ya...:)


~ elha score: 8.0/10
   

No comments:

Post a Comment