Saturday 5 August 2017

BANDA - THE DARK FORGOTTEN TRAIL (2017)

Film dokumenter ini adalah versi visual dari pameran Jalur Rempah - The Untold Story di Museum Nasional pada tahun 2015 dimana Sheila Timothy dan suami sebagai produsen pernah mengunjunginya. Rasa penasaran tentang perdagangan rempah yang mengubah wajah dunia namun terlupakan atau hilang dari catatan sejarah membuatnya berkeinginan membuat film agar terekam sebagai sejarah. Bekeja sama dengan Jay Subyakto sebagai sutradara dan Irfan Ramli sebagai penulis cerita, mereka mewujudkannya dalam film Banda - The Forgotten Trail.

Diawali dengan narasi (dibawakan oleh Reza Rahardian) tentang perburuan penjelajah-penjelajah Eropa ke belahan timur dunia untuk mencari sumber daya alam yang sangat berharga. Segenggam pala, misalnya, lebih berharga ketimbang emas kala itu di pasar Eropa. Salah satu manfaat pala adalah untuk mengawetkan makanan yang saat itu sangat dibutuhkan untuk perbekalan ketika berlayar atau saat berada di peperangan. Sehingga ada pepatah, siapa yang menguasai pala, berarti menguasai dunia. 


Banda adalah pulau utama penghasil pala. Kepulauan Banda saat itu menjadi satu-satunya tempat pohon-pohon pala tumbuh menjadi kawasan yang paling diperebutkan. Belanda bahkan rela melepas Nieuw Amsterdam (sekarang Manhattan, NY) agar bisa mengusir Inggris dari kepulauan tersebut. Pembantaian massal dan perbudakan pertama di Nusantara juga terjadi di Kepulauan Banda (wikipedia).

Film ini juga menyorot pulau Banda saat penjajahan Belanda dimana pulau yang terpencil ini menjadi tempat buangan tokoh-tokoh pergerakan atau ulama-ulama yang menentang Belanda. Hatta, Syahrir, Iwa Kusuma, dan tokoh-tokoh dari Jawa, Sumatera, Aceh, dll. Kehadiran tokoh-tokoh dari berbagai daerah bercampur dengan budak-budak yang didatang dari eplosok negeri membuat Banda sebagai miniatur dari Indonesia. Ini menginspirasi Dr. Muhammad Hatta untuk menyusun entitas kebangsaan Indonesia.

Film ini pun menampilkan Banda dalam waktu kekinian ketika pala bukan lagi komoditas utama dunia, harapan masyarakat Banda tentang lingkungan dan tradisinya, juga kiprah pemuda Banda. Juga sedikit dikisahkan konflik SARA yang sempat menodai kehidupan Banda. Yang bercerita adalah tokoh yang terlibat di peristiwa itu.

Jay sebagai sutradara mampu memotret wajah Banda dulu dan sekarang. Pengambilan gambar pun mengesankan dengan suara latar yang turut menghidupkan suasana. Tidak ada tokoh utama dalam film ini, namun 'perjalanan' para bocah ketika bermain di sepanjang situs dan ketika berlayar dan menyanyikan lagu Nasional mampu memperkuat kesan cerita. Beberapa animasi dan bayangan pun mendukung kisah.
Agar sejarah tidak lenyap begitu saja, bolehlah film ini ditonton bersama keluarga agar kita menyadari bahwa menghargai sejarah dapat menmpercerah masa depan bangsa.


"...melupakan sejarah berarti mematikan masa depan..."


~ elha score: 8/10

No comments:

Post a Comment