Wednesday, 19 September 2018

THE TERMINAL (2004)


THE TERMINAL:
(Menghidupkan sebuah rumah oleh Adriano Rusfi) 


Terjebak di sebuah ruang, tak bisa pergi dan tak bisa pulang, mungkin ini sebuah jebakan yang paling tak menyenangkan. Tapi inilah yang dialami oleh Viktor Navorski (diperankan oleh Tom Hanks). Dia hanya bisa beredar di dalam ruang tunggu internasional bandara JFK, New York. Negeri asalnya baru saja dikudeta, sehingga passport-nya tak berlaku dan visanya ditolak. Tiba-tiba imajinasi saya mengawang ke dunia para ibu rumahtangga : sebuah dunia di balik tembok dan nyaris tak bisa ke mana-mana. Lalu, apa yang dilakukan seorang Viktor Navorski?

Kalau ia mau, ia bisa saja lari dari jebakan. “Rumah” itu bukanlah tanpa pintu untuk kabur. Bahkan sang Kepala Bandarapun menyediakan celah untuk kabur. Peraturankah yang menghalangi Viktor untuk meraih “kebebasannya”? Ternyata tidak! Peraturan memang makhluk kaku yang sering tak manusiawi dan menyebalkan, tapi bukan berarti ia tak bisa diakali dan dibodohi. Seorang Rusia yang dilarang membawa obat untuk ayahnya yang sekarat, atas nama peraturan, toh akhirnya bebas membawanya sebagai “obat untuk kambing”. Tapi Viktor tak ingin kabur. Kebebasan itu bukan di luar atau di dalam ruang. Kebebasan itu ada pada mindset kita.

Maka Viktor memilih untuk menyamankan dirinya dalam bandara. Awalnya tak mudah, bahkan sekadar untuk tidur sekalipun. Tapi ia mulai menyusun kursi, menariknya, dan merapatkannya. Ya, bukankah kelebihan manusia terletak pada kemampuannya beradaptasi pada situasi terburuk sekalipun ? Viktor seakan berpetuah pada para ibu rumahtangga yang merasa tak nyaman di rumahnya sendiri, bahwa awalnya adalah ikhlas dan upaya menyamankan diri. Maka, kini Viktorpun “memiliki” nomer telepon, dan bahkan punya alamat sendiri. Dan hidup harus terus berlanjut. Viktor kini harus berjuang untuk survive di “rumah”nya. Kupon sarapannya hilang, padahal ia harus makan untuk hidup. Tapi sebuah “rumah” selalu saja menyediakan kehidupan paling lengkap. Ia tak perlu dicari diluar. Viktor ternyata dapat hidup hanya dengan menjadi pengepul troley, atau bahkan dengan berbagi cerita tentang Dolores Torres kepada Enrique Cruz. Sekali lagi, sebuah rumah selalu kaya dengan kehidupan. Yang dibutuhkan hanyalah cara untuk mencari dan memanfaatkannya : di dalam rumah, bukan di luarnya.

Betapa berbedanya Viktor dengan Amelia Warren (diperankan Catherine Zeta-Jones). Ia pramugari pemburu kebebasan yang tak kunjung didapat. Bagaikan burung yang terbang antar ruang dan waktu, dari hotel ke hotel, dari lelaki ke lelaki, tapi ia tak memperolehnya. Ia seakan bebas, tapi sebenarnya terpenjara oleh sebuah benda kecil bernama pager. Ia seperti warga Amerika lainnya : selalu saja terpeleset di lantai yang licin, karena selalu gagal membaca tanda. Ia memang selalu terbang keliling dunia, melintasi zona waktu, tapi tak membaca tanda-tanda. Ia seperti wanita karir kebanyakan yang gagal membaca tanda kehidupan di rumahnya, lalu menunggu tanda di luar rumah. 

Ya, menunggu...

Maka sekali lagi Viktor yang kini telah mengalami aktualisasi diri di dalam bandara, mengajari Amelia bagaimana menghadirkan dunia di dalam rumah. Ketika ia tak mungkin mengajak makan Amelia di sebuah restoran mewah di luar bandara, maka iapun menciptakan restoran itu di dalam bandara. Ia dengan cerdas memanfaat segala yang ada di dalam “rumah”nya. Seorang cleaning service, Gupta, telah ia sulap menjadi seorang penghibur restoran mewah. Akhirnya, ia mengajak Amelia dan dirinya untuk membuang pager jauh-jauh, sebagai sebuah isyarat bahwa hidup membutuhkan sebuah inisiatif untuk merubah keadaan, bukan menunggu sebuah nasib.

https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=748943212156580&id=100011227243314&__tn__=K-R

---------------------------

Film yang direlease tahun 2004 ini diperankan dengan bagus oleh Tom Haks (Viktor). Tom Hanks berperan sebagai orang asing yang akan mengunjungi AS hanya untuk memenuhi amanah ayahnya. Akting menjadi orang asing yang kebingungan berkomunikasi dan merasa kesepian di tengah ramainya ruang tunggu bandara sangat apik diperankan. Ide cerita orisinil meskipun scene pengambilan gambar terasa biasanya kecuali di awal film yang cukup membuat penonton menunggu kisah berikutnya. 

Silakan menikmati film dan mengambil hikmahnya

~ elha score: 8.5/10

No comments:

Post a Comment