Ini film yang kesekian kalinya diadaptasi dari novel Chetan Bhagat, penulis India terkenal: Three Mistakes of My Life. Yang lainnya adalah Hello (2008) dari novel One Night @the Call Centre, 3 idiots (2009) dari novel Five Point Someone, 2 States (2014), dan yang terbaru Half Girlfriend (2017).
Kai Po Che! yang berarti "Putus!", sebuah seruan kalau kita berhasil memutus layang-layang lawan dalam adu layang. Seperti pada 3 idiots, Kai Po Che! juga berpusat pada 3 sahabat: Ishaan (Sushant Singh Rajput), Govind (Rajkummar Rao). dan Omit (Amit Sadh). Kalau 3 orang sahabat di 3 idiots berlatar universitas, maka di Kai Po Che! mereka berminat di bidang olahraga, terutama kriket. Plot film berkilas balik dengan keluarnya Omit dari penjara, bertemu dengan Govind dan mengenang masa 12 tahun silam.
Tiga sahabat memiliki minat yang sama dalam bidang olahraga. Namun berbeda di bidangnya. Ishaan yang mantan altit kriket lokal ingin membina anak-anak berbakat olahraga, Omit ingin mendirikan klu olahraga, sedangkan Govind ingin memiliki toko olahraga. Mereka bersepakat membuat toko olahraga plus pelatihan dan klubnya. Ingin memperluas usaha Govind memindahkan tokonya di pusat kota dengan menyewa ruangan strategis dari mall yang baru dibuka. Mereka meminjam uang kepada paman Omit yang juga tokoh politik partai Hindu di daerah tersebut. Sayangnya, gempa besar yang menimpa Gujarat, India tahun 2001 mehnghancurkan mall sekaligus tokohnya.
Kesulitan membayar hutang, membuat Omit mematuhi permintaan pamannya untuk terjun ke politik membantu kampanye sang paman. Saat itu memang menjelang pemilihan wakil negeri. Suasana politik di daerah itu makin hari makin menghangat melibatkan dua kelompok besar: partai Hindu dan partai Muslim,
Ishaan mulai melatih anak-anak berbakat. Salah satunya adalah Ali Hashmi (Digvijay Deshmukh) yang ayahnya adalah fanatik pendukung partai Muslim. Ishaan menempa Ali menjadi pemukul bola yang tangguh.
Sayangnya tragedi Godhra Train Massacre membuat persahabatan mereka yang sudah renggang makin terpecah. Kerusuhan sosial dan penyerangan ke komunitas muslim sebagai balas dendam terhadap peristiwa tersebut semakin membuat keadaan kacau. Ishaan yang pergi ke kampung Muslim dan berusaha melindungi Ali dan keluarganya tewas terkena tembakan.
Nah, bagaimana kelanjutannya? Bolehlah ditonton filmnya atau dibaca bukunya...
Seperti novel (dan adaptasi) filmnya, Chetan Bhagat memberi kritik sosial. Kali ini tentang pandngan politik berbau fanatik agama. Pandangan sempit tentang politik dan agama ini membuat pola pikir yang rasialis. Ishaan yang atlit kriket tak bisa meneruskan karirnya karena pandangan ini. Keluarga Ali tak bisa meminta bantuan ketika rumah mereka hancur tertimpa gempa dan kekurangan bahan makanan kepada kelompok lain yang menagnut pandangan politik berbeda.
Chetan Bhagat ingin memberi pesan bahwa dengan olahraga semua yang tercerai berai itu bisa dirajut kembali, sekat-sekat yang terbentuk bisa lebur, tidak memandang pandangan politik dan agaman yang dianut. Ia melakukannya degan kriket, olahraga yang paling disukai oleh rakyat India.
Di tayangan akhir, Ishaan tersenyum ketika Ali yang sudah menjadi atlit nasional mampu melakukan pukulan "off-side" terbaik yang pernah diajarkannya.
Film ini - dengan beberapa bimbingan terutama saat communal riots, bisa ditonton oleh keluarga.
Sipp!
~ elha score: 8.0/10
No comments:
Post a Comment