Dalam kengerian film-film bertema perang, selalu terselip kisah tentang pengorbanan, persahabatan, tanggung jawab, bela negara, dsb. Pun demikian dengan film 1917 ini. Dengan latar belakang Perang Dunia I, film ini berkisah tentang dua parjurit yang ditugaskan untuk mengirim pesan tertulis ke batalyon Sekutu untuk menunda serangan ke pasukan Jerman.
Adalah Kopral Tom Blake (Dean Charles Chapman) dan William Schofield (George McKay) yang diperintah oleh Jendral Erinmore (Colin Firth) untuk mengirim surat perintah tertulis ke batalyon Devonshire. Untuk tujuan ini mereka berdua harus melewati wilayah pasukan Jerman. Pesan tertulis menjadi satu-satunya cara ketika kabel telepon diputus oleh tentara Jerman. Surat perintah itu sendiri adalah untuk menunda serangan batalyon Devons karena diketahui pasukan Jerman berstrategi pura-pura mundur, dan siap melakukan serangan balik.
Mengendap-endap kopral Blake dan Schofield melewati tanah-tanah yang gersang dengan beberapa mayat manusia dan hewan bergelimpangan. Sang sutradara mampu menyajikan gambaran perang yang menelan banyak korban dan menyeramkan. Di sebuah lahan pertanian, mereka menyaksikan 3 pesawat tempur sedang 'dog-fight', dan salah satunya jatuh dan terbakar di dekat mereka. Ternyata itu pesawat musuh. Tom Blake yang hendak menolong sang pilot yang terbakar justruk ditusuk dan tewas. Pilot itu sendiri pun tewas ditembak oleh Schofield. Sebelum meninggal Blake berpesan agar Schofield menuntaskan misi dan meminta agar menemukan kakaknya, Joseph Blake.
Film ini pun lalu berkisah tentang perjuangan Schofield melewati wilayah Jerman, lolos dari tembakan sniper, menghindar dari berondongan peluru dan kejaran pasukan Jerman. Akhirnya Schofield sampai di markas batalyon Devonshire, namun sayang pasukan ini telah melancarkan serangan pertama.
Bagaimana kelanjutannya? Apakah Kopral Schofield bisa menyerahkan surat tersebut ke Komandan Batalyon Devonshire dan menyelamatkan 1600 jiwa?
Film ini beralur linear, mudah diikuti dan tidak membuat penonton berpikir. Gambaran tentang kedukaan perang sangat terwakili dengan bergelimpangan banyak korban dan bangunan-bangunan yang hancur. Suasana sepi dan warna kelabu menambah kesan muram ini. Tidak seperti film-film perang lainnya yang memunculkan ketegangan membekas pada penoton, seperti Fury (2014), Hacksaw Ridge (2016), Dunkirk (2017), atau sekelas Platoon (1986) dan Saving Private Ryan (1998), plot cerita film ini sangat kurang dramatik dan mengaduk-aduk emosi penonton.
Meskipun demikian, film ini menampilkan pesan yang kuat. Selain tentang kepahlawanan, pengorbanan, kesia-siaan perang, juga tentang menuntaskan misi. Tiap-tiap kita menyandang misi hidup masing-masing - bahkan di saat damai. Nah, apakah kita menyadari misi ini dan bertekad menuntaskan?
Silakan direnungkan...
Adalah Kopral Tom Blake (Dean Charles Chapman) dan William Schofield (George McKay) yang diperintah oleh Jendral Erinmore (Colin Firth) untuk mengirim surat perintah tertulis ke batalyon Devonshire. Untuk tujuan ini mereka berdua harus melewati wilayah pasukan Jerman. Pesan tertulis menjadi satu-satunya cara ketika kabel telepon diputus oleh tentara Jerman. Surat perintah itu sendiri adalah untuk menunda serangan batalyon Devons karena diketahui pasukan Jerman berstrategi pura-pura mundur, dan siap melakukan serangan balik.
Mengendap-endap kopral Blake dan Schofield melewati tanah-tanah yang gersang dengan beberapa mayat manusia dan hewan bergelimpangan. Sang sutradara mampu menyajikan gambaran perang yang menelan banyak korban dan menyeramkan. Di sebuah lahan pertanian, mereka menyaksikan 3 pesawat tempur sedang 'dog-fight', dan salah satunya jatuh dan terbakar di dekat mereka. Ternyata itu pesawat musuh. Tom Blake yang hendak menolong sang pilot yang terbakar justruk ditusuk dan tewas. Pilot itu sendiri pun tewas ditembak oleh Schofield. Sebelum meninggal Blake berpesan agar Schofield menuntaskan misi dan meminta agar menemukan kakaknya, Joseph Blake.
Film ini pun lalu berkisah tentang perjuangan Schofield melewati wilayah Jerman, lolos dari tembakan sniper, menghindar dari berondongan peluru dan kejaran pasukan Jerman. Akhirnya Schofield sampai di markas batalyon Devonshire, namun sayang pasukan ini telah melancarkan serangan pertama.
Bagaimana kelanjutannya? Apakah Kopral Schofield bisa menyerahkan surat tersebut ke Komandan Batalyon Devonshire dan menyelamatkan 1600 jiwa?
Film ini beralur linear, mudah diikuti dan tidak membuat penonton berpikir. Gambaran tentang kedukaan perang sangat terwakili dengan bergelimpangan banyak korban dan bangunan-bangunan yang hancur. Suasana sepi dan warna kelabu menambah kesan muram ini. Tidak seperti film-film perang lainnya yang memunculkan ketegangan membekas pada penoton, seperti Fury (2014), Hacksaw Ridge (2016), Dunkirk (2017), atau sekelas Platoon (1986) dan Saving Private Ryan (1998), plot cerita film ini sangat kurang dramatik dan mengaduk-aduk emosi penonton.
Meskipun demikian, film ini menampilkan pesan yang kuat. Selain tentang kepahlawanan, pengorbanan, kesia-siaan perang, juga tentang menuntaskan misi. Tiap-tiap kita menyandang misi hidup masing-masing - bahkan di saat damai. Nah, apakah kita menyadari misi ini dan bertekad menuntaskan?
Silakan direnungkan...
~ elha score: 7.0/10