Tuesday, 23 May 2017

ONE LAST HEIST (2017)

...atau dalam versi lain berjudul The Hatton Garden Job, merujuk pada peristiwa nyata pencurian safe deposit box terbesar di Inggris pada tahun 2015 yang bernilai GBP 200 juta, atau sekitar 3.4 trilliun rupiah. Yang menarik dan bikin penasaran, pencurian terbesar itu dilakukan oleh sekelompok orang lanjut usia.

Film diawali dengan narasi tentang permata oleh Mr. X (benar-benar X karena tidak diketahui identitasnya), seorang pencuri, yang menjadi salah satu anggota kelompok pencuri. Yang paling muda, juga yang dari lingkungan luar. Si Mr. X ini ketika di dalam penjara berkenalan dengan anggota mafia Hongaria, dan karena keahliannya menerima job untuk mengambil permata dari The Hatton Garden, sebuah perusahaan yang menyewakan safe deposit box.

Sekeluar dari penjara, ia menjalankan misinya dan mulai merekrut orang-orang dengan spesialisasi kriminal mencuri. Atau mantan pencuri. Dari word to mouth lingkungan underworld, ia memperoleh nama-nama orang dengan style lama...dan sudah tua. Meskipun di masanya, mereka adalah para 'ahli'.

Kelompok pun terbentuk, dan mereka merencanakan strategi di sebuah gudang tua. Pencurian dilakukan saat liburan Jumat Agung dan Paskah, yang berarti ada libur selama 3 hari. Lalu, beberapa dua anggota akan menaiki gedung di sebelah The Hatton Garden dan turun melalui tali lift menuju ruang bawah tanah. Disana, mereka akan membukakan pintu untuk teman lainnya yang membawa peralatan, termasuk sebuah bor dengan diameter besar. Alat ini mesti dibawa untuk menjebol dinding dengan ketebalan 50 cm membentuk 3 lubang besar.

Sempat terjadi ketegangan ketika alat bor tidak berfungsi dan sang pemimpin kolaps karena kelelahan (maklum sudah tua, he..he..) dan dibawa pulang. Esoknya, anggota team yang lain menuntaskan pekerjaan yang belum selesai. Salut juga buat kriminal tua yang tidak puas sebelum menyelesaikan apa yang sudah mulai dikerjakan...:). Akhirnya mereka berhasil melakukan pencurian terbesar. Sayangnya, karena keteledoran salah satu anggota yang kembali ke TKP beberapa hari kemudian dengan identitas yang mudah dikenali dan membuat curiga Scotland Yard, membuat kelompok ini terbongkar. Namun, seperti motivasi salah satu anggota: "...yang penting aku ingin dikenang"

Ya, mereka akan dikenang. Sedangkan si Mr. X sampai sekarang belum diketahui identitasnya. Konon, ia segera pergi ke luar negeri setelah menuntaskan janjinya kepada Mafia Hongaria dan memberikan perlindungan bagi teman-teman tuanya - kalau tidak dikacaukan oleh salah satu anggota kelompok.

Bagi penikmat film intrik, filmnya masih tayang, silakan ditonton
    

~ elha score: 6.5/10

Monday, 22 May 2017

ZIARAH (2017)

"...aku itu nggak ngerti. Ada yang begini, ada yang ngomong begitu. Aku nggak ngerti mana yan bener, aku cuma ingin menemukan pesarean suami.."

Entah kenapa film ini hanya diputar di 2 tempat. Itu pun hanya di Jakarta: di Blok M Square dan TIM, padahal film ini menjadi viral di medsos karena tokoh utamanya, si nenek tua, menjadi salah satu nominasi aktris terbaik ASEAN. Mungkin, pelaku industri bioskop berpikir film-film festival kurang layak jual kali ya? Sayang sekali...

Akhirnya kami bela-belain nonton di Blok M Square setelah sesi Pol.Ja di Kemang.

Film diawali dengan prosesi pemakaman yang dengan jeli mengambil scene seolah-olah dari mata jenasah. Seluruh film ini memang berkisah tentang makam dan pemakaman. Tapi, bukan genre horror loh! Scene pun beralih ke seorang nenek tua,Mbah Sri (Ponco Sutiyem) yang tertegun dan mempunyai keinginan untuk menemukan makam sang suami. Dari tuturan kisahnya, sang suami adalah salah seorang pejuang saat Belanda melakukan agresi ke-2. Sebelum pergi dia berpesan ke istrinya bahwa kalau tidak kembali berarti dia sudah tewas dalam berjuang merebut kemerdekaan. Namun, keinginan Mbah Sri agar saat dia meninggal nanti dikubur disamping makam suaminya, mampu memberi kekuatan di usia senja untuk melakukan perjalanan menemukan makam sang suami. Satu persatu Mbah Sri berusaha menemukan sumber-sumber informasi dimana dia bisa menemukan makam sang suami.

Film ini berakhir happy ending, namun dengan kejutan di penghujung cerita. Penonton bisa mentafsirkan apa yang terjadi dengan suami mbah Sri dan apa yang dirasakan Mbah Sri. Seperti apakah? Hmm...lebih baik ditonton sendiri ya. Film Ziarah berkisah tentang kesetiaan, keteguhan, dan kepasrahan. Banyak adegan dan dialog berbobot sepanjang film yang membuat perenungan kita dalam memandang kehidupan, seperti yang diucapkan oleh cucu Mbah Sri, Prapto (Rukman Rosadi):

"...kalau kita selalu mendengar perkataan dan suara orang-orang, nanti kita malah tidak mampu mendengar suara (nurani) kita sendiri..."

B.W. Purwanegara, sebagai sutradara, mampu menggiring penonton untuk mengikuti perjalanan Mbak Sri mencari makam sang suami. Ada rasa iba ketika jalan terasa buntu, juga merasa ikutan kelelahan, sekaligus penasaran sambil menebak clue-clue yang diberikan sumber informasi kira-kira dimana dimakamkan. Patut diapresiasi juga usaha sang sutradara untuk membimbing pemain-pemain tua yang bukan aktris agar mampu berperan. Terbayang sih kira-kira susah nggak pemain-pemain tersebut menghafalkan dialog. Untungnya dialog sepanjang film menggunakan bahasa Jawa, yang sangat tidak asing bagi para pemain, sehingga membuat mereka lebih santai meskipun di beberapa adegan terlihat kaku.

Ide dan alur cerita orisinil, meskipun cerita mengalir begitu saja tanpa banyak konflik. Pengambilan gambar pun terkesan biasa saja, tidak menampilkan sisi keindahan alam pedesaan yang sebenarnya bisa lebih dieksplore. Mungkin, sutradara lebih mengfokuskan pada keteguhan sang tokoh utama untuk mencapai obsesinya. Namun, secara keseluruhan film ini layak ditonton bersama keluarga.


~ elha score: 7.5/10

Wednesday, 17 May 2017

THE AUTOPSY OF JANE DOE (2017)

Sudah berasa cemas saja saat mau menonton film ini secara berhubungan dengan mayat. Apalagi ini perdana tayang dan biasanya penonton belum banyak. Apalagi genre-nya thriller-horror. Untungnya satu-persatu penonton mulai berdatangan, jadi batal deh nonton sendirian seperti saat nonton film Get Out (2017).

Jane Doe merujuk pada suatu nama yang identitas aslinya belum diketahui. Jane Doe untuk perempuan, John Doe untuk laki-laki, Johnny Doe atau Janie Doe untuk anak-anak. Dalam bahasa Indonesia hanya satu rujukan, yaitu Si Fulan ...:)

Film diawali dengan sebuah kasus pembunuhan sekeluarga yang aneh. Polisi tidak dapat menemukan motif pembunuhan tersebut. Dan makin aneh ketika menemukan mayat wanita yang tidak dikenali dan terpendam di lantai bawah, Jane Doe (Olwen Chaterine Kelly). Oleh polisi, mayat wanita itu pun dibawa ke ahli coroner, Tommy Tilden (Brian Cox) dan anaknya, Austin Tilden (Emile Hirsch). Ketika mulai mengautopsi jenasah Jane Doe, ayah dan anak menemukan hal-hal aneh pada mayat tersebut. Organ-organ dalam mayat tersebut sudah rusak, tepatnya dirusak, meski penampakan luarnya tidak ada bekas luka. Pinggang mayat pun terlalu kecil karena terbiasa menggunakan korset, yang biasa digunakan pada wanita di abad ke-18. Setiap pembedahan pada organ menemukan keanehan-keanehan. Kedua ahli koroner itu bahkan tidak bisa menemukan penyebab kematian Jane Doe. Austin menyimpulkan mayat tersebut bukan mayat biasa, karena berhubungan dengan peristiwa pembantaian wanita-wanita dan anak-anak yang diduga penyihir jaman itu.

Dari awal film ini begitu seram, didukung dengan gambar yang suram dan musik yang mencekam. Apalagi begitu mendengar lagu di radio yang bernada kelam. Penonton disuguhkan prosedur autopsi dan melihat bagian-bagian dalam organ manusia.Brian Cox dan Emile Hirsch mampu berperan sebagai orang yang tertekan dan mengalamai teror, sedangkan Olwen Kelly sebagai Jane Doe tidak banyak bicara, tepatnya tidak bicara - iyalah, berperan sebagai jenazah - mampu berekpresi sebagai mayat yang cantik.

Bagi penggemar genre thriller-physological, bolehlah film ini ditonton. Jangan sendirian ya...:) 


~ elha score: 6.5/10