Anthony Hopkins berperan sebagai Tom Clancy, seorang dokter yang juga memiliki kemampuan cenayang. Kemampuannya ini dimanfaatkan oleh FBI untuk memburu seorang pembunuh berantai. Namun, kali ini lawannya sepadan, atau bahkan lebih mumpuni karena juga memiliki kemampuan penerawangan seperti yang dimiliki Tom Clancy. Bahkan beberapa langkah jauh di depan.
Motif sang pembunuh berantai mengingatkan pada sepenggal kisah tentang perjalanan berguru Nabi Musa kepada Nabi Khidir. Ketika Nabi Musa memprotes Nabi Khidir yang mengakhiri nyawa seorang anak, dan dijawab bahwa anak ini kelak akan membuat susah orangtuanya. Mengakhiri hidupnya lebih 'bermanfaat' untuk dirinya, keluarga, dan bangsanya. Pada film ini, motif itu berganti menjadi mengurangi rasa sakit yang diderita korban.
Tentu saja, di jaman sekarang seoarang yang bertindak sebagai (wakil) Tuhan untuk menentukan hidup-matinya seseorang tanpa pertimbangan keadilan dan peradilan bertentangan dengan hukum. Meskipun sang pembunuh tidak merasa mewakili Tuhan, karena tidak terkesan dengan ciptaan-NYA. Karena itulah, agen Katherine Cowles terus memburu sang pembunuh berantai.
Namun alih-alih memburu, sang agen dan doktor justru dituntun oleh pembunuh berantai untuk menjalankan skenarionya. Bagaimana akhirnya? Silakan ditonton dan dinikmati...
Seperti biasa, Anthony Hopkins berperan watak dengan bagus. Berwajah dingin, menyimpan kenangan masa. Mirip dengan watak Hannibal di Silence of The Lambs (1991) minus kekejaman. Ini menutupi peran Collin Farrel sebagai pembunuh berantai (Charles Ambrose) dan Abbie Cornish sebagai agen Cowles. Beberapa alur cerita dibuat flashback untuk menegaskan motif pembunuh dan rasa keadilan.
Sejak awal film ini dibangun dengan nuansa ketegangan, dengan menampilkan korban yang mati dengan tenang di awal film, meskipun tak banyak darah tertampakkan. Jadi, kalau mau menonton mesti bersiap-siap dengan ketegangan ya...
Sipp!
~elha score: 8/10
No comments:
Post a Comment