Wednesday, 17 August 2016

TIGA DARA (2016, RESTORASI 4K)

Ini adalah film jadul yang direlease tahun 1956  karya sutradara terkenal masa itu, Usmar Ismail. Film ini direstorasi dengan format resolusi tinggi 4K yang memakan waktu sekitar 17 bulan pengerjaan. Film Tiga Dara merupakan salah satu project restorasi film-film klasik.

Terasa aneh saat pertama kali melihat trailer film ini. Maklum saja, di tengah-tengah film-film aksi dengan sound dan special effects yang bagus, hadir sebuah film drama bernuansa hitam putih dengan alur linear dan tata suara yang menurut ukuran sekarang biasa saja. Namun, film ini ternyata membuat penasaran untuk ditonton. Ketika menonton di BXc Bintaro, penonton bertepuk tangan tanda apresiasi terhadap film ini. Artinya memuaskan mereka.

Kecuali adegan aksi, film ini lengkap. Ada konflik, musik, lagu, dan tari. Serasa melihat film India.  Berkisah tentang tiga dara, Nunung (Chitra Dewi), Nana (Mieke Wijaya), dan Neni (Indriati Iskak). Mereka tinggal dengan ayah mereka, Sukandar (Hasan Sanusi), dan nenek (Fifi Young). Film dibuka dengan perayaan ulang tahun ke-29 Nunung, si anak pertama. Alih-alih membuat sang nenek bahagia, hari itu mengingatkan sang nenek pada usia cucunya yang dirasa harus segera lekas menikah. Maka, cerita pun bergulir tentang menemukan calon pendamping untuk si Nunung. Berbeda dengan adik-adiknya, Nunung berkarakter kurang pergaulan dan pemarah, sehingga laki-laki enggan mendekatinya.

Namun, sebuah peristiwa kecelakaan lalin membuatnya berkenalan dengan seorang pemuda, yang mulai rutin mengunjunginya di rumah. Ketika benih rasa suka mulai muncul di hati Nunung, sang adik - Nana - 'merebut' si pemuda darinya. Konflik pun terjadi. Bagaimana akhir kisahnya? Kemana cinta tertambat? Silakan ditonton ya...

Meski beralur linear film ini mampu membuat penonton penasaran menyaksikan hingga akhir film. Beberapa scene diselipkan komedi tentang kehidupan pemuda-pemudi masa lalu. Beberapa lagu dirasa perlu untuk mengekspresikan perasaan. Karakter tiga dara mampu diperankan dengan baik oleh pemeran. Nunung yang pasrah, kurang bergaul, dan pemarah. Nana yang modern-style, supel, dan agresif. Dan si bungsu - Neni - yang ceria, cerdik, dan solutif. Ketiga karakter ini mampu membuat jalinan cerita drama keluarga yang enak dinikmati, seperti klaim film ini: membikin terharu, tertawa, dan terpesona.

Nah, sebelum menonton versi kekiniannya, Ini Kisa Tiga Dara (2016), silakan bernostalgia dengan film klasik restorasi ini. Untuk melihat hasil before & after reatoration film ini, silakan klik link youtube ini:

https://www.youtube.com/watch?v=pNhvuqFNiLw


Sipp!


~ elha score : 8/10 
GT, 17 Agustus 2016 - merdeka!

Wednesday, 10 August 2016

SOLACE (2015)

Anthony Hopkins berperan sebagai Tom Clancy, seorang dokter yang juga memiliki kemampuan cenayang. Kemampuannya ini dimanfaatkan oleh FBI untuk memburu seorang pembunuh berantai. Namun, kali ini lawannya sepadan, atau bahkan lebih mumpuni karena juga memiliki kemampuan penerawangan seperti yang dimiliki Tom Clancy. Bahkan beberapa langkah jauh di depan.

Motif sang pembunuh berantai mengingatkan pada sepenggal kisah tentang perjalanan berguru Nabi Musa kepada Nabi Khidir. Ketika Nabi Musa memprotes Nabi Khidir yang mengakhiri nyawa seorang anak, dan dijawab bahwa anak ini kelak akan membuat susah orangtuanya. Mengakhiri hidupnya lebih 'bermanfaat' untuk dirinya, keluarga, dan bangsanya. Pada film ini, motif itu berganti menjadi mengurangi rasa sakit yang diderita korban.

Tentu saja, di jaman sekarang seoarang yang bertindak sebagai (wakil) Tuhan untuk menentukan hidup-matinya seseorang tanpa pertimbangan keadilan dan peradilan bertentangan dengan hukum. Meskipun sang pembunuh tidak merasa mewakili Tuhan, karena tidak terkesan dengan ciptaan-NYA. Karena itulah, agen Katherine Cowles terus memburu sang pembunuh berantai.
Namun alih-alih memburu, sang agen dan doktor justru dituntun oleh pembunuh berantai untuk menjalankan skenarionya. Bagaimana akhirnya? Silakan ditonton dan dinikmati...

Seperti biasa, Anthony Hopkins berperan watak dengan bagus. Berwajah dingin, menyimpan kenangan masa. Mirip dengan watak Hannibal di Silence of The Lambs (1991) minus kekejaman. Ini menutupi peran Collin Farrel sebagai pembunuh berantai (Charles Ambrose) dan Abbie Cornish sebagai agen Cowles. Beberapa alur cerita dibuat flashback untuk menegaskan motif pembunuh dan rasa keadilan.
Sejak awal film ini dibangun dengan nuansa ketegangan, dengan menampilkan korban yang mati dengan tenang di awal film, meskipun tak banyak darah tertampakkan. Jadi, kalau mau menonton mesti bersiap-siap dengan ketegangan ya...

Sipp!

~elha score: 8/10