Saturday, 29 July 2017

HINDI MEDIUM (2017)

Raja Batra (Irfann Khan) adalah seorang pengusaha fashion di kota kecil di India. Ia termasuk keluarga berada dan konglomerat disana, meskipun tidak terlalu berpendidikan dan tak memiliki kemampuan berbahasa Inggris dengan baik. Sebaliknya, sang istri - Meeta (Saba Qamar) - sangat cakap bercas-cis-cus dalam bahasa Inggris. Ia cenderung berpenampilan high class dan sangat protektif terhadap putrinya, Pia (Dishita Sehgal). Memikirkan masa depan yang sangat kompetitif, ia terobsesi untuk memasukkan Pia ke sekolah elite agar masa depan anaknya terjamin.

Bersama Raj, Meeta berburu sekolah elite yang kebanyakan, tentu saja, dihuni oleh keluarga elite. Namun, sekolah-sekolah tersebut hanya menerima calon murid yang bertempat tinggal dalam radius 3 km dari sekolah tersebut. Rumah mereka berada diluar radius tersebut. Agar Pia bisa masuk sekolah elite, Meeta memaksa Raj agar pindah ke daerah elite Vasant Vihar yang berada dekat sekolah. Raj yang sangat terikat dengan rumah asalnya terpaksa mengikuti saran Meeta. Ia pun mesti berusaha tampil elite seperti tetangga-tetangga di kompleks itu. Bahkan sampai harus 'melupakan' kesenangannya, seperti menyanyi dan menari. Untuk meningkatkan status sosial, mereka pun menyewa konsultan yang mengatur penampilan, cara berkomunikasi, cara menjawab saat interview kelas, dsb. Sayangnya, bahkan dengan segala upaya itu, Pia tetap tidak lolos masuk sekolah elit. Bukan karena Pia, tetapi karena mereka dianggap belum mampu bersosialisasi seperti kaum high class. 

Tak putus asa, Raj mencari cara lain agar Pia tetap bisa masuk sekolah elite. Ternyata tiap sekolah memiliki kuota 25% yang diperuntukkan bagi masyarakat tak mampu. Raj pun mendaftarkan Pia melalui jalur RET (Right to Education) di sekolah elite  Delhi Grammar School. Berpura-pura jadi orang miskin, mereka pindah ke daerah kumuh tempat masyarakat terpinggirkan berada. Hal ini untuk mengelabui pengawas yang akan memeriksa keadaan sosial keluarga-keluarga yang mendaftarkan anaknya melalui jalur RET. Karena jalur ini pun ditengarai banyak disalahgunakan oleh oknum dan orang-orang kaya yang terobsesi dengan masa depan anak, sepertti yang Raj dan Meeta lakukan.

Di perkampungan itu mereka berkenalan dengan keluarga Shyamprakash Kori (Deepak Dobriyal) yang mengajari mereka cara survive sebagai orang miskin. Shyamprakash juga membantu Raj - yang bahkan rela mengorbankan nyawanya - mengumpulkan biaya 24000 rupee sebagai syarat masuk sebagai RTE (Raj sebenarnya sudah akan mengambil uang di ATM, tetapi kepergok oleh Shyam yang menguntit Raj untuk menghindarkannya dari perbuatan melanggar hukum. Shyam belum tahu Raj kaya). Dari keluarga Shyamprakash, Raj dan Meeta belajar tentang pengorbanan, keikhlasan, dan rasa bahagia tanpa alasan.

Saat pemilihan kandidat murid, kedua keluarga itu datang. Pemilihan kandidat murid dari jalur RTE dilakukan melalui undian. Pia, anak Raj dan Meeta lolos, namun Mohan - anak Shyamprakash justru tidak lolos. Ini membuat Raj dan Meeta merasa bersalah karena merampas hak Mohan yang berasal dari keluarga tak mampu dan yang berhak mengikuti jalur RTE. Mohan akhirnya masuk di sekolah pemerintah yang dipersepsikan tidak berkualitas. Menebus rasa bersalah, Raj pun menyumbang sekolah pemerintah tersebut agar lebih bermutu dan mampu bersaing. Ia memperbaiki sarana dan menambah fasilitas sekolah tersebut.


Film ini bergenre drama komedi dengan ide mengkritik sistem pendidikan dan masyarakat India yang lebih tergiur kepada status dan obsesi pribadi ketimbang peduli kepada minat anak. Eh, tapi disini juga masih ada yang begitu sih!. Meski kurang optimal, Irfaan Khan bermain bagus sebagai seorang suami yang sayang sama istri dan menuruti kemauannya. Pesan ada di akhir film dimana Raj dan Meeta menyadari bahwa pendidikan yang baik bukan terletak pada elite tidaknya sebuah sekolah. Namun, pada kemampuan sekolah tersebut memberi ruang kepada minat dan bakat anak.


Hmm...bagaimana dengan kita?


~ elha score: 7/10


          

Thursday, 27 July 2017

NIL BATTEY SANTANA (2016)

"Terima kasih Tuhan, telah menciptakan seorang mahluk yang luar biasa: IBU"

Apeksha "Apu" Shivlal Sahay (Ria Shukla) seorang pelajar kelas 10 harus menghadapi ujian kelulusannya. Bersama kedua rekannya - Sweety (Neha Prajapati) dan Pintu (Prashant Tiwari), ia mesti meningkatkan nilai matematikanya agar memperoleh poin kelulusan. Namun,  Apu telah kehilangan motivasi belajar dan berkeyakinan tidak akan mampu melanjutkan ke jenjang lebih tinggi karena kekurangan biaya. 

Ibunya, Chanda Sahay (Swara Bhaskar), yang bekerja sebagai pembantu di rumah Dr. Diwan (Ratna Pathak) dan kerja serabutan, selalu memotivasi Apu untuk terus belajar agar lulus ujian dan meyakinkannya bahwa ia memiliki tabungan untuk kelanjutan sekolahnya. Tapi, Apu tidak percaya. Sikapnya makin menjengkelkan. Ia tetap pada 'prinsip'nya bahwa anak seorang pembantu kelak akan jadi seorang pembantu.

Chanda pun mengadu kepada Dr. Diwan yang menganjurkan agar Chanda bersekolah lagi sehingga bisa mengajar Apu sendiri. Mulanya Chanda ingin memasukkan Apu ke BimBel, namun tak mampu menanggung biaya. Atas desakan Dr. Diwan ke Kepala Sekolah, akhirnya Chanda diterima sebagai murid baru dan sekelas dengan anaknya, Apu. 

Apu yang malu kalau ibunya bersekolah (dan sekelas lagi! namun teman-teman Apu tidak tahu hubungan keduanya) menerima tantangan ibunya untuk mengalahkan nilai ibunya di pelajaran Matematika. Mulailah mereka berdua belajar kepada teman sekelas yang pintar matematika, yang memberi nasehat:

"Mempelajari matematika itu akan lebih mudah jika kita kaitkan dengan keseharian kita", ujarnya. "Seringkali jawaban di persoalan matematika terkandung didalam pertanyaan itu sendiri"   

Film ini memberi pesan tentang menumbuhkan motivasi, pantang menyerah, dan mengenali potensi diri. Perjuangan seorang ibu untuk memotivasi anaknya dengan sangat baik diperankan oleh Swara Bhaskar. Ditunjukkan juga bahwa lingkungan pun berpengaruh pada perkembangan motivasi belajar anak, yang ditampakkan pada adegan seorang guru dan teman dekat.

Di akhir kisah Apu terkena 'karma' atas ucapannya: bahwa anak seorang pembantu akan menjadi pembantu. Ya.. ia bakal menjadi seorang pelayan. Namun, sebagai pejabat pemerintahan sebagai pelayan masyarakat. Ibunya sendiri, setelah lulus dari sekolah, mulai memberi bimbingan belajar matematika untuk anak-anak tidak mampu.

Keren kan? Film ini inspiratif untuk ditonton oleh keluarga


~ lukman score 7/10

Wednesday, 26 July 2017

DUNKIRK (2017)

Cerita film ini sudah ada di benak Christopher Nolan sebagai sutradara dan penulis skenario sejak 20-an tahun silam. Kehati-hatian untuk membuat film sejarah besar-lah yang membuatnya baru sekarang terwujud.

Film bermula dengan serombongan pasukan Inggris yang berjalan menyusuri jalanan kota yang senyap. Tiba-tiba rentetan senjata Jerman memberondong pasukan tersebut yang segera kocar-kacir menyelamatkan diri. Hanya seorang prajurit - Tommy (Fionn Whitehead) - yang selamat, yang segera berlari menuju pantai. Di pantai tampak ribuan prajurit berkumpul dan berjejer menunggu untuk dievakuasi. Tentara Inggris dan Perancis memang terdesak ke pantai Dunkirk dan terkepung tentara Jerman.

Keseluruhan kisah film yang bersetiing PD 2 ini tentang usaha evakuasi tentara Inggris melalui kanal laut. Usaha evakuasi tersebut diwakili dengan kehadiran Tommy yang berupaya kembali ke Inggris dengan segala cara. Dalam usaha evakuasi tersebut, mereka dibayangi dengan serangan dari pasukan Jerman melalui udara. Beberapa kali pesawat tempur Jerman menjatuhkan bom dan tembakan yang mengakibat kapal karam dan banyak prajurit tewas. Pesawat tempur Jerman menjadi momok yang menakutkan.

Dunkirk (2017) berkisah melalui 3 aspek: (1) tanggul/daratan, yang diwakili evakuasi para tentara, ekpresi para prajurit yang putus asa, apatis, berharap. Kerangka film waktu di daratan adalah 1 minggu. (2) laut, beberapa kapal pribadi, berupa kapal layar, kapal pedagang menyambut seruan pemerintah untuk membantu evakuasi. Aksi diwakili oleh Mr. Dawson (Mark Rylance) dan anaknya, Peter (Tom Glynn-Carney). Kerangka waktunya 1 hari. (3) udara, yang mempertunjukkan dogfight antara pesawat tempur Inggris dan pesawat penge-bom Jerman. Farrier (Tom Hardy) sebagai pilot pesawat tempur Inggris mewakili adegan ini. Kerangka waktunya 1 jam.

Kerangka waktu yang berbeda-beda ini menjalin dalam satu kesatuan film. Unik kan? Karena berbeda, beberapa kali ada adegan flashback yang kemungkinan besar tidak disadari penonton. Menyaksikan film ini seperti merasakan sendiri perjuangan para prajurit untuk kembali ke rumah. Serasa cobaan datang terus menerus. Ketika sudah mencapai kapal pengangkut, tiba-tiba ditorpedo oleh kapal selam Jerman, sehingga kapal karam dan para prajurit mesti menyelamatkan diri. Ada rasa putus asa yang diwakili dengan adegan seorang prajurit yang berjalan menuju lautan, mencopot perlengkapan perangkapan dan mencebur ke lautan dengan disaksikan rekan lainnya yang hanya diam menononton. Namun, juga selalu ada rasa harap yang diwakili dengan adegan serombongan prajurit yang terus berusaha mencari kapal yang bisa dimanfaatkan untuk pulang. 

Ada pula rasa pesimis, takut dicemooh, ketika balik ke Inggris karena kegagalan perang. Namun, ternyata justru masyarakat Inggris menyambut mereka yang pulang bak pahlawan. Itu sering kita alami pula kan? Takut menghadapi bayang-bayang, yang ternyata kenyataannya bertolak belakang dengan bayang-bayang yang kita takutkan tersebut. Semangat heroik diwakili oleh Mr. Dawson yang merelakan diri dan kapalnya untuk menjemput prajurit kembali pulang ke kampung halaman, Juga adegan pertempuran udara Ferrier yang merelakan dirinya ditawan pasukan Jerman, karena pesawatnya terdampar di wilayah musuh karena kehabisan bahan bakar.

Christopher Nolan sengaja tidak memasang pemeran utama dalam film ini. Meskipun benang merah ada pada sosok Tommy, namun dia tetap terkesan sebagai anomim. Meskipun demikian, masing-masing tokoh dalam film berperan sangat bagus sesuai perannya. Termasuk Cillian Murphy yang berperan sebagai prajurit yang mengalami trauma. Dia menggigil sepanjang film.

Jangan membayangkan film ini penuh pertempuran dan darah seperti film perang konvesional lainnya. Alih-alih, film perang ini justru mencekam penonton dan turut merasakan apa yang dirasakan para prajurit di film. Sound effect film pun turut membantu penonton menyelam ke dalam atmosfer film ini.

This is very reccomended film. Silakan ditonton...




~ elha score: 9/10