Seperti Cinderella (2015), Disney rupanya konsisten dengan mengadaptasi cerita kasilk menjadi sebuah film sesuai cerita aslinya. Kisah The Jungle Book ini memang diadaptasi dari buku klasik populer berjudul sama karya Rudyard Kipling (1865-1936).
Film diawali dengan narasi Bagheera (Ben Kinsley) yang menceritakan keberadaan seorang anak manusia, Mowgli (Neel Sethi), diantara kawanan serigala. Mowgli sedang belajar menjadi dan hidup sebagai seekor serigala, dan sayangnya - atau untungnya - ia tidak optimal melakukannya. Dalam beberapa kesempatan, secara naluri ia melakukan 'trik' yang biasa dilakukan seorang manusia.
"Aku tahu kamu tidak terlahir sebagai serigala, Mogwli. Tapi, berusahalah hidup seperti kawanan serigala lainnya", keluh Raksha (Lupita Nyong'o), ibu serigala angkat Mowgli.
Meskipun keberadaan seorang anak manusia di tengah rimba terasa aneh bagi kalangan hewan disana, mereka menerima Mowgli hidup bersama diantara mereka. Kembalinya Shere Kan (Idris Elba), seekor macan raja hutan, yang menentang keberadaan manusia di tengah hutan merusak keseimbangan itu. Mowgli harus pergi meninggalkan kawanan hewan untuk berkumpul dengan kawanan sesamanya. Rupanya, Shere Kan memiliki masa lalu yang melibatkan pertikaian antara dia dan manusia sehingga ia tidak mengijinkan manusia berada di sana. Kisah itu dan terdamparnya Mowgli di tengah hutan diceritakan di pertengahan film oleh seekor ular phyton raksasa, Kaa (Scarlett Johansson, salah satu aktris favorit penulis nih...).
Mowgli pun berhadapan dengan dilema, antara tetap tinggal di hutan yang sudah sangat dikenalnya namun jiwanya terancam oleh Shere Kan atau pergi ke perkampungan manusia yang belum dikenalnya sama sekali.
Jalan mana yang akan dipilih Mowgli? Hmm...
Tantangan ketika mengangkat cerita klasik ke dalam sebuah film dengan plot yang sama persis dengan buku adalah kejenuhan penonton karena telah mengetahui akhir cerita. Karena itu, banyak cerita-cerita klasik yang diadaptasi ke sebuah film dalam versi kontemporer, misalnya Snow White and The Hunstman (2012), Maleficent - Sleeping Beauty (2015), Beauty & Beast (2015), dll. Namun, sutradara Jon Favreau berhasil mensiasati dengan menampilkan visual atmosfer hutan yang menarik. Ketika adegan film bercerita tentang kemuraman, visualisasi hutan menjadi remang dan monokrom, sebaliknya berwarna-warni ketika berkisah tentang suka ria dan kesenangan. Efek animasi pun cukup menghibur. Semua binatang yang tampil di film adalah hasil dari computer effect, hanya Mogwli saja yang diperankan oleh manusia.
Alur cerita mengalir linear sehingga mudah dipahami. Wajar, mengingat ini adalah film keluarga. Banyak pesan yang disampaikan film The Jungle Book ini. Diantaranya adalah agar selalu hidup dalam kawanan (berkelompok, bersatu), menjadi diri sendiri, dan menumbuhkan potensi fitrah yang sudah dimiliki. Di penghujung cerita ketika si Mowgli hendak berhadapan dengan Shere Kan dengan cara seekor serigala yang selama ini diajarkan, Bagheera menasehati:
"...Mowgli, kamu adalah seorang manusia. Gunakan trik sebagai manusia, jangan gunakan cara serigala untuk berhadapan dengan Shere Kan..."
Ada beberapa scene film yang mau tidak mau mengingatkan pada adegan-adegan The Lion King (1994) karya Disney juga. Misalnya berkumpulnya para binatang di kolam air Tiga Batu mengingatkan berkumpulnya binatang saat menyambut kelahiran Simba di The Lion King. Juga adegan sekawanan kerbau liar yang berlari dan menyelamatkan Mowgli mengingatkan pada kawanan yang sama, namun menyebabkan tewasnya ayah Simba.
Selain film, biasanya Disney mempopulerkan soundtrack lagu yang mengiringi film itu. Tidak seperti Frozen (2013) yang soundtrack-nya melegenda, sampai dibuatkan 'sekuel' khusus untuk lagu tersebut, The Jungle Book sepertinya tidak mengulang sukses lagu-lagu di Frozen. Mungkin lagu di akhir film masih bisa dinikmati, meskipun tidak memorable. ,
Beberapa adegan pun memancing tawa penonton, meskipun tidak khusus ditujukan sebagai film komedi. Bahkan di beberapa bagian menampilkan kekerasan, karena itu rating film mencantumkan PG, agar orang tua siap memberi penjelasan kepada anak. Secara keseluruhan film ini layak ditonton bersama keluarga.
Yang masih menjadi pertanyaan penulis dan membuat penasaran adalah kekaguman Rudyard Kipling (atau sang sutradara?) terhadap hewan bernama gajah. Di salah satu adegan, Mowgli dan Bagheera harus perlu bersujud memberi hormat ketika sekawanan gajah melintas. Atau hal itu mungkin karena Rudyard Kipling lahir di India dan pernah tinggal disana dan kagum melihat sosok hewan besar yang tak ditemukannya di Eropa?
Wallahu'alam
- elha score : 8/10